Kita Bisa Lebih Pintar dari Einstein

Alhamdulillah beberapa minggu ini saya diberi kesempatan Allah SWT mempelajari kedahsyatan salah satu anggota tubuh saya, yaitu OTAK.
Allahu Akbar, Allah Maha Besar, kata itu yang bisa saya ucapkan sebagai wujud kekaguman saya terhadap kedahsyatan OTAK.
Dan, saya semakin merasa kurang bersyukur dengan anugerah paling dahsyat (yaitu otak) yang Allah berikan kepada saya. Mengapa? Karena selama ini saya tidak mempergunakan, merawat dan melatih otak saya dengan baik (baca: maksimal). Sehingga saya menjadi orang “bodoh”.
Ya saya “bodoh” karena tidak tahu kedahsyatan otak saya dan tidak mempergunakan kedahsyatan otak saya dengan maksimal.

Sebelum saya lanjutakan lebih jauh mengenai otak, tahukah anda berapa jumlah sel otak (neuron) manusia?
Lalu berapa jumlah sel otak lebah?
Coba bandingkan jumlah sel otak manusia dengan sel otak lebah.

Jumlah sel otak lebah “hanya” sekitar 960.000.
Dengan jumlah kurang dari satu juta sel otak, lebah mempunyai banyak kemampuan, seperti:

mampu terbang, membuat sarang dengan arsitektur yang kuat dan indah, menentukan lokasi (gps), tidak takut berantem, mengenali teman atau lawan, mengenali bunga dengan sari pati yang bagus, menghasilkan madu dan beberapa hal lain.

Bandingkan dengan jumlah sel otak manusia. Manusia mempunyai satu trilyun (1.000.000.000.000) sel otak, angka satu dengan diikuti 12 angka nol. Jumlah sel otak manusia lebih dari satu juta kali lipat dari jumlah sel otak lebah,
Akan tetapi pada kenyataannya seringkali kemampuan kita kalah dengan lebah.

Dan tahukah anda berapa persen manusia paling cerdas di bumi ini (Einstein) menggunakan kemampuan otak nya?
Konon kabarnya, Einstein hanya memakai sekian persen (tidak lebih dari 20%) dari total kemampuan otaknya.
Manusia secerdas einsetein hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuan otaknya dan hasilnya sudah luar biasa.
Bayangkan jika beliau memakai seluruh kemampuan otaknya, tak terbayangkan betapa lebih dahsyat karya-karya yang akan dihasilkannya.

Dan ternyata otak kita dan otak Einstein tidak jauh berbeda, sama-sama mempunyai jumlah neuron sekitar 1 trilyun.
Yang menjadi pembeda adalah cara Einstein merawat dan menggunakan kedahsyatan otaknya..
Jika kita merawat otak kita seperti Einstein atau melebihi cara Einstein merawat otaknya, insya allah kemampuan kita akan melebihi kemampuan Einstein dalam berkarya. Insya Allah hal diatas bukanlah sesuatu yang mustahil.

Bagaimana Einstein merawat dan menggunakan otaknya? He..he…he…he… Jujur saya blom tahu, tetapi Insya Allah saya segera tahu dengan membaca biografi Einstein dan orang-orang jenius lainnya. Minimal saya sudah tahu bahwa jumlah sel otak saya tidak jauh berbeda (hampir sama) dengan einstein dan saya siap merawat dan mempergunakan otak saya semaksimal mungkin.

bocoran otak: silahkan baca buku tony buzan mengenai otak serta cara merawatnya,  dan temukan kedahsyatan serta keajaiban otak di tulisan beliau.

#now4tomorrow
Salam Penulis Sukses Mulia

Aql alias Akal

Apakah yang dimaksud dengan akal? Dan dimanakah letak akal itu?

Orang sering mengatakan kata “akal” tetapi hanya sedikit yang mengetahui jawaban dari pertanyaan diatas.

Kata “akal” berasal dari bahasa arab “aql”. Akal (Aql) bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia berarti mengikat atau tali yang mengikat. Letak akal di qalbu (jantung). Pertanyaan berikutnya adalah, Apa yang diikat dan “siapa” yang mengikat ? Yang diikat adalah otak, dan Qalbu lah “pelaku” pengikatan otak.

Lalu apa landasan hukum / referensi tentang akal? Landasan hukum atau referensi saya adalah Quran surat 22 ayat 46, yang artinya :

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai jantung/qalbu yang dengan itu mereka dapat memahami (ya’ qiluna/berakal) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah jantung yang di dalam dada” (QS 22:46)

Pasti ada yang berkomentar : “Ngawur masak letak akal di jantung!!!”

Saya akan jelaskan dengan perumpamaan yang sederhana.

Pernahkah anda luka kemudian dibius, atau melihat orang luka dikakinya kemudian sang dokter menyuntikan obat bius di dekat kaki yang luka tadi (bius lokal, bius dilakukan disekitar luka saja).

Obat bius melemahkan kemampuan saraf sensorik (saraf yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada luka), sehingga rasa sakit disekitar luka menjadi tidak terasa, itu berarti saraf sensorik di kaki yang dibius telah kehilangan kemampuannya melaporkan rasa nyeri ke otak.

Tetapi jika kaki sebelahnya yang tidak dibius dicubit masih terasa sakit, itu berarti bius bekerja lokal hanya dikaki yang disuntik. Jika ditanya sebenarnya yang dibius otak atau kaki, maka dengan tegas anda akan menjawab “ya kakilah”, loh kok bisa gitu, kok bisa otak tidak merasakan nyeri. Khan otak gak ikut dibius, kenapa otak tidak dapat merasakan nyeri.

Otak tidak dapat merasakan nyeri di kaki yang dibius karena saraf sensorik tidak “mampu” melaporkan informasi rasa sakitnya kepada otak. Jadi jelas yang di bius adalah kaki dan otak kehilangan informasi nyeri. Otak tidak pernah terbius, otak kehilangan informasi nyeri di kaki karena kemampuan saraf sensorik di kaki yang terbius melemah (tidak mampu melaporkan rasa nyeri). Disaat kaki terbius saraf motorikpun ikut terbius sehingga kakipun sulit digerakan, sulit dikontrol.

Jadi saat saraf sensorik terbius maka otak kehilangan (tidak mendapat) informasi mengenai saraf sensorik.

Contoh lain adalah :

Ketika seseorang meminum minuman beralkohol sebenarnya dia sedang meminum obat bius, karena alkohol itu memiliki efek yang mirip dengan obat bius, alkohol itu akan memasuki pencernaan dan menyebar ke bagian-bagian tubuh, terutama jantung. Alkohol akan membius jantung, seperti obat bius yang disuntikan di kaki, kemampuan saraf sensorik jantung melemah sehingga otak kehilangan informasi sensorik dari jantung. Disaat kemampuan saraf sensorik jantung melemah dan otak kehilangan informasi sensorik jantung maka orang tersebut telah kehilangan akalnya, karena jantung merupakan pusat hormon yang mengatur kinerja otak. Karena kehilangan informasi hormonal dari jantung, otak bekerja tanpa kontrol (kehilangan akal).

Jadi akal terletak di jantung, disaat jantung terbius maka kemampuan kontrol jantung ke otak melemah hingga otak kehilangan kontrol (kehilangan akal).

Wallahu a’lam bish-shawabi

#now4tomorrow

Salam Penulis Sukses Mulia