Pilihan Takdir Saya Menjadi Penulis Sukses Mulia

TAKDIR, satu kata yang mempunyai multi tafsir bagi siapa saja. Kata ini sangat penting untuk dipahami karena PEMAHAMAN yang SALAH mengakibatkan keRUGIan yang sangat dahsyat bagi hidup kita di DUNIA dan AKHIRAT.

Apakah takdir saya untuk menulis tulisan dibawah?

Apakah definisi takdir? Berikut definis takdir :

  • 1. >> Segala aturan , hukum alam yang ada di alam semesta ini  yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

“… Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (ghaib, berarti tidak diketahui). Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah takdir/ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. dan telah Kami tetapkan kadar/ukuran bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya…..” (QS 36 : 36 –40)

 “yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menakdirkan/menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS 25:2)

  • 2. >> Setiap ciptaan Allah telah ditetapkan sifat-sifat yang terkandung didalamnya. Khusus bagi jin dan manusia disebut FITRAH. Hanya jin dan manusia yang diberi takdir memilih  dan dibebani tanggung jawab (taklif).

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 30:30)

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS 91:7-8)

“dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).” (QS 53: 31)

  • 3. >> Takdir adalah segala hukum atau aturan yang telah Allah tetapkan dalam alam semesta ini, ketentuan atau sifat yang melekat (terkandung) dalam setiap benda yang telah ditentukan oleh Allah yang bersifat sebab akibat sesuai dengan kadarnya. khusus pada jin dan manusia Allah memberi FITRAH dan PILIHAN TAKDIR yang disertai tanggung jawab.

TAKDIR YANG TIDAK BISA DIPILIH

Perlu diketahui bahwa ada takdir yang tidak bisa dipilih antara lain :

  1. Siapa Ibu yang melahirkanmu, kapan dan dimana kamu dilahirkan.
  2. Apa jenis kelaminmu.
  3. Genetik fisik tubuhmu, ada cacat atau tidak.

Atas takdir yang tidak bisa dipilih maka tidak ada tanggung jawab kita, dan Allah memberi  kompensasi atas cacat atau kekurangan sempurnaan diri seseorang, jika seseorang cacat  ridha dan sabar dengan keadaannya dan percaya kepada Allah, maka Allah menjanjikan syurga sebagai ganti kekurangannya.

Kompensasi atas cacat fisik seseorang :

Dari ‘Atha’ bin Abu Rabah, katanya: “Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan padaku: “Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?” Saya berkata: “Baiklah.” Ia berkata lagi: “Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: “Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu saya membuka aurat tubuhku. Oleh kerananya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah – agar saya sembuh.” Beliau s.a.w. bersabda: “Jikalau engkau suka hendaklah bersabar saja dan untukmu adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta’ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNya.” Wanita itu lalu berkata: “Saya bersabar,” lalu katanya pula: “Sesungguhnya kerana penyakit itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu.” Nabi s.a.w. lalu mendoakan untuknya – sebagaimana yang dikehendakinya itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ibnu Al Hadi dari ‘Amru bekas budak Al Mutthalib, dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dia berkata; saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman; Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan penyakit pada kedua matanya, kemudian ia mampu bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga. maksud (habibataihi) adalah kedua matanya. Hadits ini juga diperkuat oleh riwayat Asy’ats bin Jabir dan Abu Dzilal bin Hilal dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jadi bagi siapapun yang meiliki kekurangan fisik dan ia ridha dan bersabar karena Allah, insya Allah mereka menjadi penghuni syurga dan itu sebaik-baik balasan.

MEMILIH TAKDIR

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khatthab dari Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin Naufal dari Abdullah bin Abbas bahwa Umar bin Khatthab pernah bepergian menuju Syam, ketika ia sampai di daerah Sargha, dia bertemu dengan panglima pasukan yaitu Abu ‘Ubaidah bersama sahabat-sahabatnya, mereka mengabarkan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah. Ibnu Abbas berkata; Lalu Umar bin Khattab berkata; ‘Panggilkan untukku orang-orang muhajirin yang pertama kali (hijrah), ‘ kemudian mereka dipanggil, lalu dia bermusyawarah dengan mereka dan memberitahukan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah, merekapun berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata; ‘Engkau telah keluar untuk suatu keperluan, kami berpendapat bahwa engkau tidak perlu menarik diri.’ Sebagian lain berkata; ‘Engkau bersama sebagian manusia dan beberapa sahabat Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallam. Kami berpendapat agar engkau tidak menghadapkan mereka dengan wabah ini, ‘ Umar berkata; ‘Keluarlah kalian, ‘ dia berkata; ‘Panggilkan untukku orang-orang Anshar’. Lalu mereka pun dipanggil, setelah itu dia bermusyawarah dengan mereka, sedangkan mereka sama seperti halnya orang-orang Muhajirin dan berbeda pendapat seperti halnya mereka berbeda pendapat. Umar berkata; ‘keluarlah kalian, ‘ dia berkata; ‘Panggilkan untukku siapa saja di sini yang dulu menjadi tokoh Quraisy dan telah berhijrah ketika Fathul Makkah.’ Mereka pun dipanggil dan tidak ada yang berselisih dari mereka kecuali dua orang. Mereka berkata; ‘Kami berpendapat agar engkau kembali membawa orang-orang dan tidak menghadapkan mereka kepada wabah ini.’ Umar menyeru kepada manusia; ‘Sesungguhnya aku akan bangun pagi di atas pelana (maksudnya hendak berangkat pulang di pagi hari), bangunlah kalian pagi hari, ‘ Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya; ‘Apakah engkau akan lari dari takdir Allah? ‘ maka Umar menjawab; ‘Kalau saja yang berkata bukan kamu, wahai Abu ‘Ubaidah! Ya, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain. Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu membawanya dengan takdir Allah juga.’ Ibnu Abbas berkata; Kemudian datanglah Abdurrahman bin ‘Auf, dia tidak ikut hadir (dalam musyawarah) karena ada keperluan. Dia berkata; Saya memiliki kabar tentang ini dari Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: Jika kalian mendengar suatu negeri terjangkit wabah, maka janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya. Ibnu ‘Abbas berkata; Lalu Umar memuji Allah kemudian pergi.

 

Dari penjelasan diatas kita sebagai manusia bisa memilih TAKDIR. Allah menakdirkan (takdir sebagai aturan/ketetapan)  orang beriman adalah : Orang yang percaya kepada Allah, kitab, malaikat, rasul dan beramal shaleh, maka siapapun yang memenuhi kriteria tersebut adalah termasuk orang yang beriman, itu takdir (ketetapan) Allah.   Dan orang yang kafir ialah : orang yang tidak percaya kepada Allah, kitab, malaikat, rasul dan mendustakan pahala akherat, maka siapapun yang memenuhi kriteria tersebut adalah termasuk orang yang kafir, jadi Allah manakdirkan dia sebagai orang kafir. Kita bisa memilih (takdir) menjadi orang beriman atau orang kafir, dengan memenuhi kriteria masing-masing.

Dan pemahaman yang salah terhadap TAKDIR  akan mengakibatkan kerugian dunia akhirat.

Kok bisa begitu?

Tentu saja bisa, ketika kita salah mengartikan apa itu takdir maka salah pula langkah hidup kita, pilihan hidup kita.

Contoh: Orang seringkali menyalahkan takdir ketika dia dalam keadaan miskin. Dia menyalahkan takdir, dengan mengatakan bahwa dia di takdirkan menjadi miskin. Atau ketika melihat orang sangat kaya, dia mengatakan bahwa orang itu ditakdirkan menjadi orang kaya.

Akhirnya dia PESIMIS dan TIDAK  MELAKUKAN USAHA yang MAKSIMAL.

Padahal KAYA dan MISKIN BUKANlah TAKDIR yang MUTLAK.

Terkait orang MISKIN, mungkin dia akan mengatakan bahwa dia sudah kerja setengah  mati tapi dia masih miskin, maka dia mengatakan  bahwa dia ditakdirkan menjadi orang miskin. Padahal apa yang dibilang maksimal bagi dia mungkin saja biasa-biasa saja bagi orang lain, atau bahkan kurang  bagus.  Artinya bisa jadi dia bekerja di tempat yang salah atau cara dia bekerja kurang benar (kurang ilmu sehingga kerjaannya dianggap biasa-biasa saja, tidak optimal).  Atau mungkin saja salah memilih waktu bekerja,  berdagang  di waktu yang salah,  misalkan berjualan es krim di saat hujan adalah pilihan waktu yang tidak tepat.  Insya Allah berkaitan dengan kemiskinan akan saya ulas di tulisan saya tentang MENTAL.

Kembali ke bahasan TAKDIR, maka:

KAYA, MISKIN, SUKSES, GAGAL itu AKIBAT PILIHAN TAKDIR.

KAYA, MISKIN, SUKSES, GAGAL itu NASIB dari PILIHAN TAKDIR KITA

KITA BISA MEMILIH TAKDIR seperti contoh sahabat Umar Bin Khatab r.a, “Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu membawanya dengan takdir Allah juga.”

Jika kita memilih takdir berternak unta di padang yang kering maka, ternak kita sangat mungkin kurus dan kurang sehat, tetapi jika kita memilih takdir berternak unta di padang yang subur maka, ternak kita sangat mungkin gemuk dan sehat.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah NASIB suatu kaum sampai mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar-Ra’d: 11).

Dari ayat diatas jelas sekali bahwa perubahan nasib kita ada di NIAT dan USAHA (actiON) memilih Takdir kita. Kita MAMPU MENGUBAH keadaan kita dengan memilih TAKDIR, dengan Usaha (actiON) kemudian Allah kabulkan USAHA tersebut sehingga membuahkan hasil yang kita rasakan sebagai NASIB kita. Intinya lakukan perubahan (memilih takdir) pada diri kita Insya Allah berubah pula NASIB kita.

Saya tidak bisa menulis, saya memilih takdir sebagai penulis, saya rubah diri saya untuk bisa menulis, saya cari ilmu untuk menulis, saya lakukan aktifitas menulis kemudian Allah Ubah NASIB saya hingga saya menjadi penulis.

Saya ingin menjadi PENULIS yang SUKSES MULIA, maka saya niatkan dengan kuat dan saya usahakan (actiON) dengan dahsyat aktifitas menulis yang bisa SUKSES MULIA.

Dan Insya Allah, PENULIS yang SUKSES MULIA akan menjadi nasib saya. Saya ber AZZAM (niatan yang sangat kuat) dan usaha (actiON) yang dahsyat untuk menjadi PENULIS yang SUKSES MULIA.

Jadi NASIB terkait dengan pilihan Takdir hidup kita, dengan NIAT yang sangat kuat kita dan usaha (actiON) yang dahsyat, Insya Allah bisa merubah nasib kita meraih apa yang kita IMPIKAN (visiON).

Tentu saja semua itu HARUS disemai dengan iringan DOA kepada ALLAH SWT, pasti Allah  mempermudah jalan mencapai impian kita. Insya Allah NASIB kita menjadi kian SEMPURNA.

Rubah pemahaman yang salah tentang TAKDIR sekarang juga, agar hidup kita berubah.

PILIH TAKDIRMU maka NASIBMU akan BERUBAH, agar menjadi orang yang SUKSES MULIA.

Laksanakan DUIT (DOA USAHA IKHTIAR TAWAKAL) Insya Allah NASIB kita berubah menjadi seorang yang SUKSES MULIA.

Dari Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, “Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439)

Wallahu A’lam bish showab

#now4tomorrow

Salam Sukses Mulia

Buku Panduan

Itu yang terpikirkan ketika saya akan memasang mesin faks baru di kantor saya. Mesin faks baru ini sedikit lebih rumit pemasangannya bila dibandingkan dengan mesin faks yang lama. Hal ini “memaksa” saya membaca buku panduan pemasangan dan penggunaan mesin faks. Alhamdulillah meskipun mengalami sedikit kesulitan, mesin faks bisa dirakit (meskipun pemasangan mesin faks ini dibantu oleh partner saya). Intinya kami harus baca buku panduan mesin faks agar kami bisa memasang dan menggunakan mesin faks tersebut.

Mesin yang sedikit rumit seperti ini ada panduan untuk pemasangan dan penggunaannya. Begitu juga dengan alat-alat lain, oleh pembuatnya dibuatkan buku panduan supaya mudah dirakit ulang dan dipergunakan. Bagaimana dengan kita sebagai manusia? Apakah ada buku panduan untuk “memasang”, “merawat” “memelihara manusia? Jawaban saya adalah PASTI ada.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah semua orang tahu bahwa manusia (orang) mempunyai “Buku Panduan”? Panduan tata cara pembuatan manusia, panduan sebelum membuat bayi, panduan saat bayi masih di kandungan, panduan setelah bayi lahir, bahkan sampai panduan orang tersebut meninggal. Jawaban saya adalah TIDAK semua orang TAHU, atau TIDAK semua orang SADAR bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan buku panduan yang sangat sempurna.

“Buku Panduan” tersebut adalah Al-Quran dan Al Hadist. “Buku Panduan” ini super lengkap. Di Al-quran ada ayat-ayat mengenai proses pembuatan manusia, proses memperoleh rezeki, proses merawat manusia sampai dengan proses daur ulang manusia (hidup di akhirat setelah kematian di dunia yang fana ini). Panduan yang lebih detail adalah Al-hadist, di “buku panduan” ini menerangkan lebih detail mengenai tata cara menjadi MANUSIA SEMPURNA, tata cara mengelola manusia, dst. Sungguh sangat sempurna panduan ini. Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji bagi Allah), Allahu Akbar (Maha Besar Allah).

Pertanyaan berikut nya adalah, apakah kita sudah membaca dan melaksanakan “Buku Panduan” tersebut? Saya sendiri masih sangat sedikit membaca “Buku Panduan” ini. Insya Allah saya berusaha untuk memperbanyak waktu saya untuk membaca “Buku Panduan” ini.

Mari kita giatkan diri kita untuk membaca “Buku Panduan” ini. Smoga kita semua diberi kemudahan dan ke istiqomah an membaca Alquran dan Al Hadist. aamiin ya robbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bish shawab

#now4tomorrow

Satu Ilmu, Amalkan Untuk Masa Depan yang Terbaik

Sebarkan Jika Bermanfaat

Salam Sukses Mulia

Islam atau Muslim?

Biasanya saya berangkat dan pulang kantor bareng sama istri saya, tetapi kemarin motor dipakai istri saya. Jadi saya berangkat dan pulang kantor nebeng teman. Kami ngobrol tanpa topik khusus, kemudian obrolan kami mengerucut mengenai perilaku muslim yang jauh dari nilai-nilai islam. Teman saya bilang bahwa orang-orang islam lah yang membuat nama islam rusak. Seketika itu juga saya jadi teringat ceramah seminggu sebelum hari ini. Ceramah itu saya dengarkan di masjid Menara Imperium. Sang Ustadz berceramah mengenai “Islam sebagai nilai dan muslim sebagai identitas”. Alhamdulillah isi ceramah tersebut bisa saya pakai untuk bahan diskusi dengan teman saya ini.

Teman saya bilang bahwa orang islam lah yang membuat nama islam jelek. Pemikiran dia hampir menyimpulkan bahwa orang islam itu jelek. Pemikiran teman saya ini hampir sama dengan pemikiran orang “Barat”. Selama ini orang “Barat” menganggap bahwa orang islam itu jahat, orang islam itu jorok, orang islam itu teroris, orang islam itu doyan poligami dan banyak lagi pemikiran yang menjelekkan islam. Ditambah orang muslim sendiri mempunyai pemikiran yang kurang lebih sama atau lebih buruk lagi. Padahal kalau kita bisa memilah antara siapa itu muslim dan apa itu islam, maka kita bisa mengatakan siapa yang jahat, jorok dan perilaku buruk lainnya itu adalah orangnya (muslim) bukan islamnya (nilai-nilai).

Bagi saya sangat penting untuk menjelaskan perbedaan antara islam sebagai nilai-nilai dengan muslim sebagai identitas pelaku nilai-nilai tersebut. Karena dengan menjelaskan perbedaan tersebut Insya Allah kita tidak terjebak untuk menjelekkan Islam. Dan dengan mengetahui perbedaan ini semoga kita bisa lebih berhati-hati dalam berperilaku. Karena perilaku kita akan berdampak pada pandangan/pemikiran orang lain terhadap nilai-nilai Islam (agama kita). Orang akan menggeneralisasi perbuatan kita sebagai orang Islam, yang berakibat pada pemikiran bahwa nilai-nilai Islam itu ya seperti perilaku kita (muslim).

Ketika kita melakukan perbuatan baik, seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, membuang duri dan sejenisnya dari jalanan maka jarang orang akan mengatakan bahwa itu nilai-nilai Islam atau pelakunya orang Islam. Akan tetapi bila ada orang yang dipandang pinter agama Islam melakukan kejahatan maka banyak orang akan bilang nah itu pelakunya orang Islam. Orang cenderung menyalahkan Islamnya. Padahal orang tersebut melakukan kejahatan yang justru bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Pemikiran terbalik seperti ini sering kita lihat dan kita dengar.

Jika kita semua mematuhi dan melaksanakan Islam sebagai landasan hidup dan perilaku kita, Insya Allah kita bisa meluruskan pemikiran buruk orang tentang Islam. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk belajar dan tahu mengenai nilai-nilai Islam, kemudian mengamalkan serta menebarkan nilai-nilai tersebut.

Jika Islam sebagai nilai-nilai yang harusnya dipatuhi dan dilaksanakan ternyata tidak sepenuhnya dipakai umat muslim sebagai landasan hidup, landasan setiap perilakunya. Maka mudahlah bagi orang awam untuk menimpakan kesalahan perbuatan orang muslim pada nilai-nilai islam. Padahal jika nilai-nilai Islam sepenuhnya dijadikan landasan setiap perilakunya, Insya Allah hidupnya selamat dunia akhirat. Dan Insya Allah tidak ada muslim yang menjadi koruptor, pencuri, pembunuh, dan yang lainnya. Semoga kita semua MAU dan MAMPU belajar tentang nilai-nilai Islam kemudian mengamalkannya serta menyebarkannya.
Wallahu A’lam Bishawab.

Now4tomorrow
Salam Sukses Mulia.